Minggu, 13 November 2016

Sepi

Ah hatiku yang tak mau memberi, mampus kau dikoyak-koyak sepi (Joko Pinurbo)

Salah seorang sahabat mengeluh kesepian. Di tengah kesibukannya yang luar biasa, mobilitas yang tinggi, dan tidur yang cuma 2-3 jam sehari. Tapi ternyata dia kesepian.
Dia pengen punya pacar, butuh afeksi. Butuh tempat bersandar.

Ketika gue cerita ke sahabat gue yang lain soal ini. Dia langsung nangis, kaget dan gak menyangka kalau sahabat kita yang super sibuk ini ternyata kesepian.

Gue jadi mengingat cerita-cerita orang terdekat tentang kesepian. Ada salah satu sahabat yang awalnya menepi, mencari tempat tinggal supaya bisa sendiri. Terus berpindah, akhirnya sadar kalau dia butuh orang. Dia butuh teman bercerita.

Ada sahabat yang kalau di kamar selalu menghidupkan TV. Supaya ada suara saja, itu alasannya. Supaya tidak merasa kesepian.

We need people. Mungkin ternyata begitu. Terlepas dari kesibukan sepanjang hari. Kita butuh tempat mengadu di penghujung hari.

Tapi sebegitu menakutkankah sepi, sampai semua orang menghindarinya.
Sampai banyak yang rela melakukan apapun agar tidak merasa sepi.
Pasti kita pernah dengar orang yang rela disakiti atau direndahkan agar tidak kehilangan orang itu. Semata-mata agar tidak kesepian.
Pasti ada di antara kita yang bertahan di hubungan yang salah agar tidak sendirian, agar tidak kesepian.
Berapa banyak orang yang masih merasa sepi padahal di tengah keramaian ?
Berapa banyak di antara kita yang tidak masalah mati sendirian ?

Iwan Kurniawan pernah bilang, salah satu ciri utama manusia jaman sekarang adalah kesepian. Jiwanya kosong.
Sibuk setiap hari tanpa jeda tapi sebenarnya kesepian.
Tidak pernah lepas dari gadget padahal itu hanya keramaian palsu.
Joko Pinurbo juga pernah bilang, sepinya kita itu semakin modern.
Mungkin kita yang nampak ramai di media sosial itu cuma palsu. Aselinya gak begitu. Kalau bubaran juga langsung kesepian.

Lalu apa yang salah dengan sepi ?
Pasti rasa itu pernah mampir walau hanya sebentar.
Bukannya harus mati-matian dihindari.
Atau mungkin kita hanya harus belajar, bagaimana caranya menikmati rasa sepi.