"Terus lo sukanya apa?"
"Lari. Sejak 10 tahun lalu."
"Beruntung ya di usia segini lo sudah tau apa yang lo suka."
Itu adalah dialog yang terjadi di kantor. Pada suatu malam habis gue berlari. Salah seorang teman kantor ngomongin diving dan ngajak gue. Kebetulan gue gak suka, gak mau aja tepatnya.
Tanggapannya lucu juga. Ternyata tau apa yang kita suka menurut orang lain adalah keberuntungan.
Sejalan dengan itu. Baru saja kemarin, gue kumpul dengan sobi-sobi semasa kuliah. Salah seorang sahabat melempar isu.
Kalau dia ngerasa hidupnya kosong. Gak punya trigger buat ngelakuin apapun. Gak tau sukanya apa. Gak tau passionnya apa.
Dari kecil dia selalu ngikut arus.
Milih sekolah, kuliah, termasuk kerjaan.
Beruntungnya dia selalu dapat yg bagus-bagus.
Apapun yang dikasi ke dia, dia kerjain. Hidupnya seperti itu.
Tapi dia pengen banget tau yang dia suka apa. Dia ngerasa pasti beda banget rasanya ngelakuin sesuatu atas dasar suka.
"Lo kalau tanya gue di mana gue 5 tahun lagi? Gue gak tau. Bahkan kalau gue gak ada juga gak apa-apa. Gue butuh sebuah alasan paling enggak buat hidup aja."
Seorang sahabat lainnya menimpali. Kalau dia juga gak tau sukanya apa. Tapi dia tau banget bahwa pekerjaannya saat ini bukan dia banget. Dia ngasi target kapan harus resign. Sekarang dia lagi mikir dan nyari tau maunya apa.
Apa tanggapan gue ? Ya cari. Passion itu gak mungkin random kan.
Gue gak mungkin tiba-tiba bangun di pagi hari terus suka socio legal.
Ya asalnya dari nyoba segala bidang waktu kuliah.
Gue juga gak mungkin lagi pup terus tiba-tiba suka lari.
Ya asalnya dari nyoba segala jenis olahraga waktu kecil.
Gue juga gak mungkin waktu SD sudah tau kalau besar nanti ingin jadi peneliti hukum.
Intinya ya cari. Terus mencari apa yang kita suka. Apa yang kita banget. Prosesnya mungkin beda-beda di tiap orang. Ada yang lama dan ada yang sebentar.
Tapi percayalah itu semua gak mungkin random.
Jadi gak mungkin tiba-tiba lo suka sesuatu. Itu pasti hasil dari pencarian.
Dari kecil kita sudah dihadapkan dengan berbagai pilihan. Kita belajar untuk memilih.
Mau sekolah di mana, les apa, atau kuliah apa.
Kita belajar untuk memilih berikut alasan dan konsekuensi logisnya.
Gue juga benci kalau orang ngerasa gak punya pilihan dalam hidupnya.
Kita semua punya pilihan, selalu. Mungkin lo takut aja buat milih.
If you don't like where you are, move. You are not a tree.
Kalau kata temen gue yg Psikolog Pendidikan, decision making itu penting banget dari kecil.
Kalau orang tua sudah mengajarkan anaknya untuk mengambil keputusan sejak kecil. Hal-hal seperti yang gue ceritakan tadi akan bisa dihindari.
Ketika orang tua memberi kebebasan bagi si anak untuk memilih. Tanyakan kenapa dan jelaskan apa konsekuensi logisnya.
Gue jadi inget salah satu sahabat yang sejak kecil dari sprei, gorden, sampai baju dipilihin sama orang tuanya.
Jadinya ketika besar dia kesusahan milih sesuatu dalam hidupnya. Dia sulit untuk memutuskan hal-hal yang terjadi di dirinya.
Tapi rasanya, sungguh tidak pantas untuk menyalahkan parenting method dari orang tua kita di usia segini.
Semakin kita kenal diri kita. Akan sangat gampang bagi kita untuk memutuskan sesuatu di diri kita.
Karena katanya Presiden Jancukers, yang ikut arus itu cuma bangkai, sampah, dan eek.