Selasa, 08 Januari 2019

Belajar Bersyukur dari Palmerah


Bertepatan dengan adanya urusan di bilangan Kuningan, gue sekalian nyamperin temen yang bekerja di daerah sana. Sekalian makan siang niatnya.
Diajaklahnya gue makan siang di basement gedungnya. Kaget lah gue, wah maha lengkap rupanya.
Ada Aunty Anne, Family Mart, Otoya, Es Teler 77, dan masih banyak lagi. Bahkan ada Haircode. Bisa cuci blow dulu sebelum ngantor.

Sebagai kuli tinta yang berkantor di kawasan Palmerah tentu gue terpana melihat pemandangan ini. Biasanya ke Pasar Palmerah liat Kem Chicks kaget dong.
Sambil makan kami pun mengobrol.
"Gila ye kalau makan siang kek gini mulu tiap hari. Habis gaji" komentar gue
"Lah gaji gede aja habis. Apalagi gaji kecil" balas temen gue.

Lalu mengalirlah cerita temen gue kalau dulu di kantor lamanya yang tidak jauh juga dari sini gajinya habis di tahun pertama bekerja. Tidak ada yang bisa ditabung. Alasannya ? Makan siang di mal setiap hari. Sekali makan bisa 60-70 ribu. Itu baru makan siang aja, kalau pulang malam ya makan malam lagi di mall. Kelar sudah hidup.
Kala itu sulit buat dia sebagai anak baru untuk menolak ajakan orang kantor makan di luar.
Sekarang dia bersyukur pindah kantor yang budayanya beli makan nitip ke OB atau bawa bekel dari rumah.

Gue juga jadi inget cerita temen gue yang sebelumnya kerja di kampus sekarang ngantor di SCBD. Gue tanya kalau makan siang biasanya di mana. Ternyata dia sering membawa bekal setiap hari. Orang kantornya sih ngira dia hidup sehat. Padahal mah buat hemat aja haha.

Siapa sangka, berkantor di Palmerah ternyata memberi keuntungan buat warga dengan kelas ekonomi seperti gue ini. Turun KRL bisa jalan kaki ke kantor. Makan di kantin Rp 8.000 bisa dapet ikan karena penjual gak bayar sewa lapak ke kantor. Ibu-Ibu di ruangan yang suka masak bawa makanan buat dibagi. Sehingga gue sering hanya modal piring kosong. Tidak ada mall atau cafe hits di kawasan terdekat sehingga kantong aman.

Atau mungkin ini soal gaya hidup. Karena bisa jadi di mana pun kamu berada kalau anaknya emang panjat ya panjat aja. Besar pasak daripada tiang. Gengsi dulu yang penting. Perkara ngap nyicil utang belakangan.

Mari ucapkan selamat pada diri sendiri yang gaya dan lidahnya sejalan dengan isi dompet 👏

Tidak ada komentar:

Posting Komentar